Sabtu, 13 Januari 2018

Hedonisme Positif

Hedonisme, saya jamin ada gambaran spesifik dalam pikiran anda ketika mendengar satu kata tersebut. Kehidupan mewah yang menghambur-hamburkan kekayaan yang terkadang untuk sebagian dari kita terlihat tidak ada gunanya. Saya pernah menyaksikan sebuah tayangan video di YouTube bagaimana 'Spoiled rich kids' wasting money by destroying expensive things that they bought with their parents' money or simply menjadi saksi bagaimana teman-teman lo bisa ngomong "I don't care about money, as long it is for what I want and what I need" atau "gua kerja cape, ya duitnya buat seneng-seneng dong"

So how can I say that hedonism is positive thing?

Hedonisme pada dasarnya itu pola hidup untuk menjadikan kesenangan dalam hidup sebagai tujuan utama. Namun seringkali dikaitkan dengan pola hidup yang menghamburkan harta, sebagai akibat dari bukti nyata tindakan-tindakan yang kita lihat dari orang-orang sekitar kita. Termasuk juga upaya dikubu lain yang memberi label orang-orang tersebut sebagai 'hedonis'.

Lucunya, dari kecil kita sudah diajarkan untuk mengejar kebahagiaan dalam hidup PADAHAL kita belum mengerti apa itu kebahagiaan dan akhirnya salah kaprah malah mengejar kesenangan. Otomatis respon kita akan negatif terhadap tindakan-tindakan tersebut. Mari berpikir pada level etis. jika kita mengartikan tindakan menghamburkan harta sebagai hedonisme dengan 1 pertanyaan sederhana :

Apakah perbedaan dari seseorang menghamburkan uang, misalkan, untuk membeli 20 tas mewah dengan seseorang menghamburkan uang untuk sesuatu yang baik dengan nilai setara, misalkan, membiayai anak tidak mampu untuk bisa bersekolah?

"Jelas beda, satu demi kebaikan orang lain dan satunya semata untuk kepuasan diri", ini jawaban pada umumnya yang gue imajinasikan bakal gue dengar dari kalian. Wait. both of them spent same amount of money for happiness so why did you discriminate?

Jawabannya adalah pada level etika. Hedonisme yang berpusat bagi diri sendiri adalah Hedonisme egoistis tapi hedonisme yang berpusat bagi orang lain adalah hedonisme universal (Epihurus dalam Russell (2004: 372). Lo harus menanggapi hedonisme itu sebagai sikap hidup yang introspektif untuk kesenangan diri dan orang lain TANPA merugikan pihak manapun.

So no need to afraid kalo lo kebanyakan belanja bakal di judge sebagai hedon. Money are there to be spent, ga perlu dibawa ke peti mati. but keep in mind :

1. DO NOT HARM anyone dengan apa yang lo spent. termasuk, jangan sampe tindakan lo malah jadi batu sandungan karena keliatan "boros" "useless" apalagi dijaman now, apa-apa di post sama orang especially kalo lagi mau pamer. You HAVE to be thankful with what you got dengan ga ngerugiin orang saat lo mau pake harta lo.

2. Ga semua hak lo itu 100% punya lo. Hey, milennial yang katanya mau punya impact for others, duit lo jangan buat beli makeup, internet service, makanan fancy, supreme melulu. Bayar yang jadi tanggung jawab lo, apakah itu kewajiban agama atau sumbangan sosial.

Karena ketika lo mempraktekan kedua poin itu, lo bukan hedonis lagi yang mengejar kesenangan tapi more than that you are craving for happiness, Kebahagian yang sejati.