Selasa, 25 November 2014

Sudikah Ia?


sudikah Ia mendengar

silih beradu suara hina

menimbang-nimbang nirmala

yang senonoh bagi empat pasang mata

yang tersimpan dan tidak terjamah

yang tersembunyi dalam kebenaran

yang mengingkari arti manusia

menarik kita semakin jauh dari kesempurnaan

Minggu, 02 Maret 2014

Firdaus Jahanam

Beberapa waktu yang lalu saya menyempatkan diri disela kesibukan saya untuk membaca beberapa tulisan di beberapa tempat (forum, situs berita, dsb) mengenai pengalaman hidup di kota Jakarta. Diantaranya ada sebuah tulisan dengan judul yang menarik, yaitu "saya takut hidup di Jakarta". mengapa? apakah Jakarta menjadi lokasi peperangan? apakah ada predator yang mengincar nyawa warga Jakarta setiap waktu? apakah ada wabah mematikan yang merenggut banyak korban?

tidak.

tidak satupun fantasi itu terjadi di kota Jakarta ini. Kehidupan di kota Jakarta ini berjalan layaknya rutinitas lama. para pelajar tetap bersekolah, para pegawai tetap bekerja keras, para ibu-ibu sosialita tetap arisan di tempat-tempat bergengsi. begitu jamak pola kehidupan disini.


lantas apakah yang menakutkan?

Rupanya, salah seorang penulis di sebuah forum ini mengalami kejadian luar biasa yang saya sudah pernah rasakan juga dan mungkin anda baru alami satu jam yang lalu, satu menit yang lalu, satu detik yang lalu. secara sederhana sang penulis ini mengalami "penindasan" dari orang-orang di lingkungan sekitar, akibat menegakan aturan yang seharusnya berlaku dikota ini. 


Dalam satu cerita sang penulis mengalami kejadian saat seorang pengendara motor melaju diatas pedestrian, kemudian pengendara motor tersebut menggertak sang penulis untuk berpindah dari "tempat pejalan kaki" agar motor itu bisa melaju melewati lalulintas jalan "tempat kendaraan bermotor" yang padat kendaraan. kemudian terjadi pertikaian diantara kedua belah pihak hingga ada seorang anggota kepolisian yang menengahi pertikaian. 

apa yang terjadi berikutnya adalah hal yang menarik sekaligus memprihatinkan bagi saya.

Pada awalnya anggota polisi itu menegur pengendara motor agar tidak melaju di pedestrian, tetapi pengendara motor itu malah balas melawan dengan berkata bahwa dia seorang pengacara (entah kebenarannya) dengan asumsi bahwa dia tidak takut untuk memperkarakan kasus seperti ini. polisi itu kemudian gentar dan mempersilakan pengendara motor itu melaju lagi. malah polisi itu datang dan berbicara kepada si pejalan kaki (penulis asli cerita ini) dan berujar agar si pejalan kaki itu seharusnya mengalah supaya tidak jadi perkara seperti ini.


Manusia yang semakin menakutkan

Dari cerita yang saya baca, saya mengingat-ingat apakah saya pernah mengalami kejadian serupa dalam posisi kedua belah pihak. ternyata terlalu sering kejadian serupa terjadi pada berbagai tempat, waktu dan situasi. lucunya kita harus selalu waspada apabila esok sewaktu-waktu diperhadapkan lagi dan lagi dan lagi dan lagi dalam tahapan siklus berinterval tak terhingga sampai habis usia manusia di bumi ini.

Manusia-manusia di Jakarta semakin menakutkan, penuh dengan amarah, berang, arogansi, manipulasi. kita tanpa sadar sudah kehilangan makna cinta-kasih dalam kehidupan bermasyarakat. Bukankah kata orang dulu, orang indonesia itu terkenal karena keramahan nya? dan bukankah kita bangsa yang berazas gotong-royong?.

nyatanya nilai-nilai itu telah lama pergi diusir kebutaan manusia akibat keserakahan, hawa nafsu, tekanan-tekanan yang menghambat batin, dosa, doktrinasi yang tidak benar dan seterusnya dan sebagainya dan lain-lain. 

intinya hati nurani manusia sudah diambang batas hidup dan mati. 


firdaus jahanam

Jadi jangan anda heran 

ketika anda mengantri anda didorong-dorong atau diserobot.

ketika anda menyetir, anda akan dipaksa menerobos lampu merah karena kendaraan dibelakang anda.

ketika anda berusaha menolong, malah disangka mau melakukan kejahatan. 

ketika anda berdiri diatas kebenaran, malah dipersalahkan dan dihancurkan.

Ketika anda tulus, malah anda dimanfaatkan.

Jakarta itu firdaus jahanam.


tetapi, 

Jangan pernah padamkan semangat hati nurani, 

Jangan patah arang karena dikerdilkan, 

walaupun kamu berdiri diatas firdaus jahanam sekalipun,

akan jadi surga ketika disitu kamu menjejakan kedamaian.


Jakarta itu (bukan) firdaus jahanam